Dalam kehidupan sehari-hari, telinga kita akrab dengan yang disebut lagu atau nyanyian. Setiap masa selalu ada lagu yang viral, populer. Sementara puisi? Puisi semakin tergerus oleh zaman. Puisi hanya kita dengar dalam event tertentu yang memang menunggu diselenggarakan terlebih dahulu seperti lomba atau acara kecil ulang tahun. Sebagai pengajar Bahasa Indonesia saya tidak berkecil hati. "Ruh" puisi tetap ada dalam lirik-lirik lagu yang kita dengar sehari-hari. Jadi, sumbang sih penyair, sastrawan itu tetap ada.
Puisi dapat diciptakan kapan saja dan dimana saja, karena puisi merupakan suatu bentuk ungkapan rasa yang nyata dan bernilai seni. Kutipan M. P. Schmitt dan A. Viala (1982:115): “La poésie, au sens strict, désignant une qualité particulière des faits et des choses. En tant que telle, elle est une dimension du réel, et peut se rencontrer partout, dans les productions artistiques (musique, sculpture, danse, peinture, aussi bien que littérature), mais aussi en toute sorte de lieux et d’objets : un paysage, un regard, un geste peuvent être chargés de poésie”.Puisi dalam arti sempit, menunjuk kualitas fakta tertentu dan hal-hal lain. Dengan demikian, puisi tersebut adalah sebuah dimensi realitas, dan dapat dijumpai di mana saja,dalam produksi artistik (musik, patung, tari, lukis, serta sastra), tetapi juga dalam semua jenis tempat dan objek:lanskap, lukisan, dan isyarat juga dapat menggambarkan puisi.
Lagu adalah sastra yang sangat istimewa, karena tempo lagu menunjukkan setiap kedalaman makna. Lirik-lirik pada lagu bersifat manis, sehingga dapat membuat orang-orang merasa terbang, tergelincir, ringan dan naif. Lagu dan puisi sama-sama merupakan karya sastra yang diciptakan berdasarkan khayalan dan imajinasi seseorang untuk mengungkapkan isi hati. Smith dan Fauchon menyampaikan “Les chansons et les clips ont trop à voir avec l’imaginaire, et il n’y a rien de plus éloigné de la poésie, à mon sens, que l’imaginaire (Smith dan Fauchon, 2001:48)”. “Lagu-lagu dan klip memiliki terlalu banyak khayalan, dan tidak lebih jauh dari puisi, menurut pendapat saya, itu merupakan imajinasi” (via Smith dan Fauchon, 2001:48)”. Kata-kata indah hasil imajinasi dan khayalan yang disusun menjadi bait dalam lagu disebut lirik.
Nah, saya jadi teringat lirik sebuah lagu yang sempat membuat saya terkesan lirik-liriknya, berikut lirik lagunya:
Setetes embun di daun, lamban bergulir
Ketika jatuh ke tanah, terserap musnah
Begitupun hatiku diayun bimbang jawabmu
Terhempas dan hampa
Tak terkira
Mentari tersaput mega, enggan bersinar
Menusuk angin ke raga, jiwa gemetar
Terpurukku di sini dipeluk bimbang sikapmu
Membeku dan sara
Tak terkira...
Tak terkira...
Adalah kau tuangkan cinta
Ke dalam tungku yang tengah panas menyala
Adalah kau padamkan bara
Tatkala hangat mulai membuai jiwa
Terhempas bimbang sikapmu
Terpuruk ku di sini
Di pelukan bimbang jawabmu
Membeku dan sara
Tak terkira...
Tak terkira...
Adalah kau tuangkan cinta
Ke dalam tungku yang tengah panas menyala
Adalah kau padamkan bara
Tatkala hangat mulai membuai jiwa
Terhempas bimbang sikapmu
Menggigil palung hati
Di pelukan bimbang jawabmu
Terpuruk ku di sini
Di hempas bimbang sikapmu
Membeku dan sara...
Tak terkira... (haa a...)
Tak terkira... (haa a...)
Oo... hmm...(haa a)
Terhempas dan menghampa
0 comments:
Posting Komentar